Lima Sila Yang Dapat Melindungi Fisik dan Batin

Seperti yang kita ketahui bahwa pikiran orang zaman sekarang selalu sangat tidak selaras sehingga menjadi mudah marah dan melakukan beberapa hal tidak baik. Bahkan ketika marah, hati orang tersebut seperti sedang terbakar api.

Lalu apakah ada cara agar memiliki hati yang tenang dan damai? salah satu caranya adalah dengan memiliki hati yang mengarah pada jalan yang benar. Ketika hati berada di jalan yang benar, maka kita dapat menyelaraskan tekanan fisik dan batin. Dengan apa kita menyelaraskannya? Dengan Tiga Permata dan lima sila.

Lima sila itu adalah tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbohong, tidak minum alkohol, dan tidak berbuat asusila. Inilah lima sila yang dibuat sederhana sehingga membuat umat awam menjadi lebih mudah untuk memahaminya.

Apabila kita dapat menjaga lima sila dengan baik dan benar secara konsisten maka hal tersebut membuktikan kita telah memenuhi syarat sebagai manusia. Agen Slot Online ini memiliki banyak Tema yang bisa kalian pilih sesuka hati.

Suatu waktu yang lampau, Buddha pernah berbagi dengan para bhiksu dan umatnya bahwa berlindung kepada Tiga Permata dan menjalankan lima sila dapat melindungi diri sendiri. Dan di pada masa itu sang Buddha menceritakan satu buah kisah yang menceritakan sekelompok pengusaha yang kerjanya mengambil harta karun di dalam laut dan menjalankan perdagangan laut. Mereka merekrut buruh untuk melakukan pekerjaan kasar.

Tanpa di duga – duga saat kapal berlayar di laut, tiba-tiba angin dan ombak besar menerjang sehingga membuat kapal tidak seimbang. Semua orang yang waktu itu berada di dalam kapal sangat ketakutan. Namun ternyata diantara semua orang tersebut ada seorang buruh yang tetap sangat tenang. Dia segera bersikap anjali dan terus melafalkan nama Buddha sambil berlutut.

Lalu setelah itu dirinya menghadap laut dan terus melafalkan pelindungan kepada Tiga Permata dan membaca lima sila. Orang tersebut berdoa untuk semua makhlup yang dimana isi doanya adalah semoga semua makhluk di alam semesta, baik jiwa yang tak terlihat maupun manusia, dapat berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. Sontak hal tersebut membuat orang disekitarnya kaget karena angin dan ombak menjadi tenang dan kapal kembali stabil.

Namun, hal aneh yang terjadi selanjutnya adalah kapal itu menjadi tidak bisa digerakkan. Malam itu, salah satu pedagang bermimpi. Dalam mimpinya, ada seorang pria tua yang berpakaian putih dan berjanggut putih berkata padanya, “Kapal Anda tidak bisa digerakkan karena salah seorang buruh di kapal Anda.”

Setelah mendapatkan mimpi tersebut akhirnya pengusaha ini terbangun dan dia tahu buruh yang dimaksud di dalam mimpinya. Yang ada di dalam pengusaha tersebut adalah dengan segera untuk menurunkan buruh tersebut agar barang dagangannya dapat segera di jual.

Seseorang yang lain berkata, “Kita tidak bisa membuangnya ke laut karena orang ini sangat baik dan merupakan pekerja keras.” Pada saat mereka berdiskusi, buruh itu mendengarnya. Dia berpikir, “Mereka tidak rela membuang saya ke laut. Namun, keberadaan saya di kapal ini membuat mereka tidak tenang dan membuat kapal tidak digerakkan. Apa yang harus saya lakukan?”

Lalu kemudian dirinya memikirkan satu solusi. Buruh tersebut akhirnya berkata kepada para pengusaha itu, “Kalian jangan mengkhawatirkan saya. Saya hanya berharap kalian bisa memberi saya beberapa batang bambu untuk membuat rakit agar saya bisa meninggalkan kapal ini.” Seorang pengusaha berkata, “Apakah kamu yakin?”

dan Buruh itu menjawab, “Jika saya tidak pergi, hati kalian tidak tenang dan kapal tidak bisa digerakkan. Saya hanya membutuhkan batang bambu untuk membuat rakit. Dengan demikian, saya bisa selamat dan hati kalian juga bisa tenang.”

Akhir dari perbincangan tersebut semua orang yang berada di kapal setuju untuk segera membuat kapal dari sebuah bambu karena menurut mereka hal tersebut merupakan ide yang sangat baik. Namun setelah sang buruh pergi hal buruk terjadi kepada kapal tersebut karena Banyak ikan besar baik berwarna putih maupun hitam, semuanya mendekati kapal.

Akibatnya kapal tersebut terbalik dan banyak orang yang jatuh ke lauh serta di makan oleh ikan – ikan tersebut. Namun sebaliknya dengan yang dialami oleh sang buruh yang aman dan tetap menaiki perahu rakit sesuai dengan arah angin.